• Sen. Sep 16th, 2024

Pj Bupati Kampar : Dua Alternatif untuk Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Byadmin

Des 14, 2022

AMANAT JAKARTA – Tanoto Foundation memprioritaskan program pintar dan akan didiskusikan pada rembuk Nasional yang diselenggarakan di Kemendikbud Ristek Jakarta, Rabu (14/12/2022). Hal ini untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas.

Kegiatan Rembuk Nasional ini mengusung tema Peningkatan Sebaran Pendidikan Berkualitas: Merumuskan Konsensus Pemerintah, Sekolah & Guru di Indonesia. 

Tema ini merupakan Program PINTAR Tanoto Foundation serta program unggulan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia, secara ringkas Menurutnya  PINTAR (Pengembangan Inovasi UnTuk KuAlitas PembelajaRan) dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan pendidikan dasar di Indonesia dengan memperbaiki kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah. 

Tanoto Foundotion ini merupakan sudah bekerja sama dengan Perusahaan Konsultan Sunergy Policies di 25 Kabupaten Pada 5 Provinsi yaitu Provinsi Riau, Sumatera Utara, Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur. 

Pj Bupati Kampar Kamsol dalam acara ini didampingi oleh Kadis Kominfo Yuricho Efril, ia mengatakan kegitan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan serta Penyebaran Pendidikan yang berkulitas di Kabupaten Kampar. 

Kamsol juga menyaksikan Penyerahan Dokumen Aspirasi Oleh Perwakilan Daerah (Bupati) didampingi oleh CEO Tanoto Foundotion dan Direktur Utama Synergy Policies Serta penyerahan Cendra mata dari Tanoto Foundotion kepada Mendikbud Ristek. 

Dalam Vidio Sambutan Menteri Pendidikan dan Budaya Nadiem Anwar Makarim BA, M.B.A mengatakan bahwa miningkatkan pendidikan di Indonesia ini memang penting kita semua bergotong royong bersama. 

Tantangan paling besar dalam pendidikan di Indonesia saat ini adalah kualitas pendidikan. Menurutnya, kualitas pembelajaran didorong oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah kualitas guru. “Bagaimana guru-guru kita memenuhi standar yang bisa mengoptimalkan potensi anak-anak kita. 

Faktor kedua adalah kepala sekolah (kepsek) kemajuan sekolah tergantung pada (kepemimpinan) kepala sekolah. Kemudian faktor lketiga adalah fasilitas belajar, yang kondisi di tiap wilayah tergantung pada perhatian yang diberikan pemerintah daerahnya masing-masing. 

Bersama dengan pemerintah daerah, Program PINTAR bertujuan untuk meningkatkan mutu dengan mendiseminasikan praktik yang sudah dikembangkan oleh sekolah non-mitra. 

Program PINTAR juga telah menyiapkan 38 fasilitator nasional dan 598 fasilitator daerah untuk ditempatkan di 810 Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Diharapkan, program ini dapat membentu pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan di semua sektor. 

Ia menambahkn, Kurikulum yang mudah dipahami dan lebih fleksibel juga menjadi salah satu hal yang diperlukan untuk mendukung implementasi Merdeka Belajar. Kurikulum yang dapat mendorong para guru agar dapat memilih materi atau metode pembelajaran dengan kualitas tinggi, tetapi sesuai tingkat kompetensi, minat, dan bakat masing-masing siswa. 

“Esensi Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar para guru-guru sekolah dan murid kita untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Mandiri bukan hanya mengikuti proses birokrasi pendidikan, tetapi benar-benar inovasi pendidikan 

“Saya berharap kita terus menjadi garda depan penggerak pendidikan berkualitas dengan bergotong royong mewujudkan Merdeka Belajar,” ujarnya.

Sekali lagi, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian besar terhadap program ini. Kami yakin penguatan gotong-royong membangun pendidikan ini dapat mempercepat reformasi pendidikan nasional yang diharapkan kita semua,” tutupnya.

Sementara itu Pj Bupati Kampar Dr. Kamsolm enyampaikan ada dua yang menjadi permasalahan pendidikan di Indonesia diantaranya masalah anak didik putus sekolah baik tingkat SD, SMP hingga SMA, masih banyak didaerah yang kurang beruntung karena tidak bisa menyelesaikan wajib sekolah, ini menjadi perhatian kita semua sebagai pemangku kepentingan dalam menyelamatkan generasi penerus bangsa apabila jenjang pendidikannya sangat rendah. 

“Nilai Human indikator untuk anak sekolah saat ini adalah delapan (8) tahun, sedangkan di Kabupaten Kampar telah mencapai 9,3 tahun,” ujar Kamsol dalam keterangan saat dimintai tanggapan terhadap Forum Rembuk Nasional itu.

Ia menambahkan bahwa ada dua alternatif untuk pengembangan kualitas pendidikan di Indonesia yakni Kualitas pendidikan dan kuantitas pendidikan. 

“Untuk kuantitas pendidikan saat ini kemampuan setiap daerah sangat berbeda, apalagi saat ini Kementerian Pendidikan sangat mendorong penuh dan menyerahkan kepada kemampuan fiskal daerah. Apalagi saat ini kemampuan fiskal daerah sangat terganggu akibat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu,” jelasnya.

Dengan kemampuan fiskal yang berbeda disetiap daerah sebut dia, menjadi persoalan baru dalam meningkatkan kemampuan daerah dalam mewujudkan kualitas pendidikan yang baik dalam membangun infrastruktur dasar pendidikan.

Ia juga mengatakan, kesemua persoalan tersebut dapat dicarikan jalan keluarnya apabila Pemerintah mau meningkatkan kualitas tenaga pendidik, apalagi saat ini kesejangan perbedaan tenaga pendidik sangat tidak merata, dikarenakan tenaga pendidik yang kompeten sangat sedikit.

“Kita berharap Pemerintah daerah dapat mensiasatinya dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas tenaga pendidik di Republik Indonesia ini,” ucapnya.

Sebelumnya, CEO Global Tanoto Foundation Dr. J. Satrijo Tanudjojo dalam sambutannya mengatakan bahwa menjalankan Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) dengan target meningkatkan peringkat global Indonesia di sektor pendidikan. 

Untuk mencapai target tersebut, Tanoto Foundation bermitra dengan 21 kabupaten/kota dan 10 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di lima provinsi, yaitu Sumatra Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. 

Melalui program PINTAR, kemitraan ini bertujuan membangun model pembelajaran aktif dan kreatif yang sesuai dengan ekosistem pendidikan di Indonesia, sekaligus menyebarkan model tersebut ke sekolah-sekolah non-mitra.

“Kami bekerja berdasarkan tiga prinsip, yaitu fokus pada dampak, berbasis pada data , dan kemitraan. Pertama, Program PINTAR ini dirancang untuk menghasilkan dampak yang berkelanjutan bagi penerimanya,” kata J. Satrijo.

“Kedua, kami menggunakan pendekatan berbasis data dan bukti agar Program PINTAR lebih terarah dan efektif. Ketiga yaitu kemitraan karena kami menyadari, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kami tidak bisa bekerja sendiri. Untuk itu, kami menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintah dan swasta, dari tingkat lokal, regional hingga internasional,” pungkasnya.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *